METODE
PENELITIAN KUANTITATIF
Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara
umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu
eksperimental dan noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi
eksperimen kuasi, subjek tunggal dsb. Sedangkan noneksperimental berupa
deskriptif, komparatif, korelasional, survey, ex post facto, histories dsb.
Ada beberapa
istilah yang sering dirancukan di dalam penelitian. Istilah tersebut
adalah pendekatan, ancangan, rencana, desain, metode, dan teknik. Di dalam
makalah ini disinggung mengenai perbedaan istilah tersebut untuk didiskusikan
dan dicarikan simpulan bersama-sama.
BERBAGAI ISTILAH DI DALAM PENELITIAN
Secara umum, jenis penelitian berdasarkan
pendekatan analisisnya dibedakan menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan ini lazim juga
disebut sebagai pendekatan, ancangan, rencana atau desain. Rancangan atau desain penelitian dalam arti
sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam
arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai dengan megadakan observasi dan
evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada
penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih
lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi prose membuat
prcobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variable, prosedur dan
teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul,
dan pelaporan hasil penelitian.
Metode penelitian lebih dekat dengan teknik. Misalnya,
penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif.
Dengan kata lain, metode deskriptif tersebut dapat dikatakan juga sebagai
teknik deskriptif.
PENELITIAN DESKRIPTIF
Metode deskripsi adalah suatu
metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode
deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu
sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan
suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli meamakan metode
ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga
diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara
satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi
kasus (status study).
Metode
deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga
penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat
diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus
membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan
secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang
dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang
masih terjangkau dalam ingatan responden.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Ciri-ciri
Metode Deskriptif:
·
Untuk
membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini
berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.(secara harafiah)
·
Mencakup
penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental.
·
Secara
umum dinamakan metode survei.
·
Kerja
peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi
o
menerangkan hubungan,
o
menguji hipotesis-hipotesis
o
membuat prediksi, mendapatkan makna, dan
o
implikasi dari suatu masalah yang ingin
dipecahkan
o
Mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan
menggunakan schedule qestionair/interview guide.
JENIS-JENIS PENELITIAN DESKRIPTIF
Ditinjau dari segi masalah yang diselidiki, teknik dan alat
yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu, penelitian ini dapat
dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
·
Metode survei,
·
Metode deskriptif berkesinambungan (continuity
descriptive),
·
Penelitian studi kasus
·
Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas,
·
Penelitian tindakan (action research),
·
Peneltian perpustakaan dan dokumenter.
KRITERIA POKOK METODE DESKRIPTIF
Metode deskriptif mempunyai beberapa
kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan khusus. Kriteria
tersebut sebagai berikut:
1.
kriteria umum
o
Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai
ilmiah serta tidak terlalu luas.
o
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas
dan tidak terlalu umum
o
Data yang digunakan harus fakta-fakta yang
terpercaya dan bukan merupakan opini.
o
Standar yang digunakan untuk membuat
perbandingan harus mempunyai validitas.
o
Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat
serta waktu penelitian dilakukan.
o
Hasil penelitian harus berisi secara detail yang
digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta
serta study kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya
dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah
dikembangkan.
2.
Kriteria Khusus
o
Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan
dinyatakan dalam nilai (value).
o
Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang
digunakan adalah mengenai masalah status
o
Sifat penelitian adalah ex post facto, karena
itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan
pengaturan atau manupulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana
adanya.
LANGKAH-LANGKAH
UMUM DALAM METODE DESKRIPTIF
Dalam melaksanakan penelitian
deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai
berikut:
1. Memilih dan merumuskan masalah yang
menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki
dengan sumber yang ada.
2.
Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan.
Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisih dari
masalah.
3.
Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada
hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
4.
Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik
secara eksplisit maupun implisit.
5.
Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data,
gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
6.
Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan
terhadap data yang telah dikumpulkan. Kuranggi penggunaan statistik sampai
kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang
sepadan.
7.
Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya
dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan
referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
8. Mengadakan generalisasi serta
deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan
rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
9.
Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat,
maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian
diturunkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverivikasikan. Bagi ilmu
sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisis dapat dijabarkan
dalam bentuk-bentuk model matematika.
PENELITIAN HISTORIS (HISTORICAL RESEARC)
Tujuan penelitian histories adalah untuk membuat rekonstruksi
masa lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memferivikasi, serta mensistensiskan bukti-bukti untukmenegakkan
fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian
itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.
Contoh penelitian histories adalah studi mengenai praktek
“bawon” di daerah pedesaaan di Jawa Tengah, yang dimaksud memahami
dasar-dasarnya diwaktu yang lampau serta relevansinya untuk waktu kini; studi
ini dimaksudkan juga untuk mentest hipotesis bahwa nilai-nilai social tertentu
serta rasa solidaritas memainkan peranan penting dalam berbagai kegiatan
ekonomi pedesaan. Ciri yang menonjol dari penelitian histories adalah:
1.
Penelitian histories lebih bergatung pada data yang
diobservasi orang lain dari pada yang diobsevasi oleh peneliti sendiri. Data
yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yag menganalisis keotentikan,
ketepatan, dan peningnya sumber-sumbernya.
2.
Berlainan dengan anggapan yang popular, penelitian
haruslah tertib ketat, sistematis, dan tutas; seringakali penlitian yang
dikatakan sebagai suatu penelitiaan histories hanyalah koleksi informasi-informasi
yang tak layak, tak reliable, dan berat sebelah.
3. Penelitian histories tergantung
kapada dua macam data, yaitu primer dan datasekunder. Data primer dipoleh dari
sumberprimer, yaitu si peneliti (peneliti) secara langsung meakukan observasi
atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Dan data sekunder diperoleh
dan sumber skunder, yaitu peneliti melaporkan hasil obsevasi orang lain yang
satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Dianatara kedua sumber
itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan
pertama, dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
4.
Untuk
menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal
dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan dokumen relic itu otentik,
sedang kritik internal menanyakan apabila data itu otentik, apabila data
otentik, apabila data tersebut akurat dan relevan. Kritik internal harus
menguji motif, keberat sebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mngkin
melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu da memberikan informasi yang
terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebbkan penelitian histories
itu sangat tertib-ketat, yang dalam bayak hal lebih disbanding dari pada studi
eksperimental.
5.
Walaupun penelitian histories mirip dengan penelaahan kepustakaan
yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan
histories adalah tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas.
Penelitian histories jga menggaliinformasi-informasi yang lebih tua dari pada
yang umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali
bahan-bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
Langkah Pokok Untuk
Melaksanakan Penlitian Histories Atau Rancangan Penelitian Historis
Definisi masalah. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada
diri sendiri:
1.
Rumusan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan
hipotesis yang akan memberi arahdan focus bagi kegiatan penelitian itu.
2.
Kumpulan data, denganselalu mengingat perbedaan anatara
sumber primer dan sumber sekunder.
3.
Suatu keterampilan yangsangat penting dalam penelitian
histories adalah cara pencatatan data: dengan system kartu atau dengan system
lembaran, kedua-duanya dapat dilakukan.
4.
Evaluasi data yng diperoleh dengan melakukan kritik
eksternal dan kritik internal.
RANCANGAN EX POST FACTO
Penelitian dengan rancangan ex post facto
sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang
dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective
study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali
terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Dalam
pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian
ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan
dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami.
Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang
variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak
dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya
dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika
dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.
PERBANDINGAN
ANTARA EX POST FACTO
DENGAN
EKSPERIMEN
Dalam
beberapa hal, penelitian ex post facto dapat dianggap sebagai kebalikan dari
penelitian eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang
sama kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan
dua kelompok yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan
tersebut. Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang
dianggap sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba
menyelidiki ke belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai
penyebabnya.
Penelitian ex post facto memiliki persamaan dengan penelitian
eksperimen. Logika dasar pendekatan dalam ex post facto sama dengan penelitian
eksperimen, yaitu adanya variabel x dan y. Kedua metode penelitian tersebut
membandingkan dua kelompok yang sama pada kondisi dan situasi tertentu.
Perhatiannya dipusatkan untuk mencari atau menetapkan hubungan yang ada di
antara variabel-variabel dalam data penelitian. Dengan demikian, banyak jenis
informasi yang diberikan oleh eksperimen dapat juga diperoleh melalui analisis
ex post facto.
Dalam penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar
dikendalikan dengan kondisi eksperimental. Variabel bebas yang dianggap sebagai
penyebab dimanipulasi secara langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap
variabel terikat. Melalui eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti tentang
hubungan kausal atau hubungan fungsional di antara variabel yang jauh lebih
menyakinkan daripada yang dapat diperoleh menggunakan studi ex post facto.
Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat melakukan
manipulasi atau pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya. Hal ini
menunjukkan bahwa perubahan dalam variabel-variabelnya sudah terjadi. Peneliti
dihadapkan kepada masalah bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang diamati
tersebut. Furchan (383:2001) menyatakan bahwa dengan tidak adanya kemungkinan
peneliti untuk melakukan manipulasi atau pengacakan.
Contoh perbedaan antara penelitian ex post facto dengan
eksperimen adalah sebagai berikut. Sebuah penelitian berjudul Pengaruh
Kecemasan Siswa pada Waktu Mengerjakan Ujian Terhadap Hasil Ujian Mereka dapat
didekati dengan dua metode, yaitu eksperimen dan eks post facto.
PENDEKATAN
EKSPERIMEN
Dalam judul
di atas terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam judul di atas adalah kecemasan siswa dan ujian nasional.
Variabel terikatnya adalah hasil ujian.
Ciri dari
penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi terhadap variabel bebas. Dari
kondisi di atas, variabel bebas dapat dimanipulasi menjadi cemas dan tidak
cemas. Konkritnya, sebuah kelas terdiri dari kelas A dan B. Masing-masing kelas
dimanipulasi kondisinya menjadi kelas A menjadi kelas yang cemas, sementara kelas
B menjadi kelas yang netral (pengendali).
Pengkondisian
kelas dapat dilakukan dengan memberikan sugesti kepada kelas A bahwa ujian yang
diberikan akan berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Artinya, siswa yang
memiliki nilai yang rendah bisa dimungkinkan tidak naik kelas. Sementara kelas
B dikondisikan netral. Dengan pengertian bahwa ujian di kelas B hanyalah untuk
mengukur kemampuan pemahaman terhadap suatu kompetensi tanpa adanya pengaruh
dari hasil dengan kenaikan kelas.
Setelah
kelas sudah terkondisikan, maka diberikan soal dengan tingkat kuantitas dan
kualitas kesulitan yang sama. Pada waktu yang bersamaan, lembar jawaban
dikumpulkan bersama dan dilakukan pengoreksian terhadap hasil jawab dari kelas
A dan B. Apabila terjadi perbedaan nilai, semisal, nilai kelas A lebih tinggi
daripada kelas B, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kecemasan ternyata
mampu meningkatkan nilai ujian. Anggapan lain, bahwa dengan adanya kecemasan
membuat siswa semakin berpacu untuk mendapatkan yang terbaik.
PENDEKATAN
EX POST FACTO
Hal penting
dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap
variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan
melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi.
Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A
dan B menunjukkan perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya. Dari hasil
tersebut, dilakukan klasifikasi antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan
siswa yang memiliki nilai rendah. Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan
hasil nilai. Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata
dikerjakan oleh siswa yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh
kecemasan siswa memang berpengaruh terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih
baik.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja
memiliki kekurangan. Dari kasus di atas dapat terlihat satu celah kelemahan
bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga selain kecemasan yang membuat nilai ujian
meningkat. Hal ini dimungkinkan adanya faktor ketiga, yaitu kecerdasan. Selain
kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa kecemasan adalah situasi lain, sedangkan
kecerdasan menjadi penunjang utama.
Kekurangan
Pendekatan Ex Post Facto
Pendekatan
ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah
sebagai berikut.
Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap
variabel bebas, maka sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor
penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor
yang sedang diselidiki.
1. Kenyataan bahwa faktor penyebab
bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai
faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan,
menyebabkan soalnya sangat kompleks.
2. Suatu gejala mungkin tidak hanya
merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh
sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
3. Apabila saling hubungan antar dua
variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan
mana yang akibat.
4. Kenyataan bahwa dua, atau lebih,
faktor saling berhubungan tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan
sebab akibat.
5. Menggolongkan-golongkan subjek ke
dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk
tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori
itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap.
6. Studi komparatif dalam situasi alami
tidak memungkinkan pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan kelompok
yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal
dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.
Keunggulan
Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto
Metode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang
lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak
selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor
yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila
pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak
realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain
variabel yang berpengaruh.
Apabila control di laboratorium untuk berbagai tujuan
penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika
diragukan atau dipertanyakan. Studi kausal-komparatif
menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang
dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan
pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu. Perbaikan-perbaikan dalam
hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Sumber: http://lubisgrafura.wordpress.com/metode-penelitian-kuantitatif/
0 komentar:
Posting Komentar