A.
Pengertian Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu istilah yang berasal dari
kata vary dan able yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel
berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan
nilai itu berubah-ubah.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai
atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang
dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain. Misalnya tinggi,
berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan
atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan
atribut-atribut dari obyek.
Menurut Kerlinger bahwa variabel adalah konstrak (constructs)
atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan,
pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja,
dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat
dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different
values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.
Sedangkan menurut Moh. Kasiram, variabel ialah segala
sesuatu yang menunjukkan adanya variasi (bukan hany satu macam), baik
bentuknya, besarnya, kualitasnya, nilainya, warnanya dsb. Variabel mempunyai
nilai yang bervariasi. Oleh karena variabel membedakan satu objek dengan objek
lain dalam satu populasi, maka variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat
dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
B.
Klafikasi
Variabel Penelitian
Variabel
dapat diklasifikasikan menggunakan beberapa cara penggolongan, yaitu:
berdasarkan sifat, kedudukan, skala, dan Berdasarkan alat ukur pengumpulan
datanya.
1.
Berdasarkan Sifat
Menurut sifatnya,
variabel dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Variabel
Kategori : yaitu variabel yang dapat diklasifikasi secara pilah (mutually
exclusive). Beberapa variabel yang memiliki sifat kategoris antara lain :
Jenis kelamin (laki-laki, perempuan), status perkawinan (belum, menikah,
janda/duda), warna kulit (putih, hitam, sawo matang), suku (Jawa, Sunda, Batak,
Bali, lainnya), dan sebagainya.
b. Variabel
Diskrit : yaitu variabel yang dikumpulkan datanya dengan cara membilang atau
mencacah. Sebagai hasil proses membilang, maka data diskrit mempunyai satuan
ukuran yang utuh, sehingga tidak memungkinkan data berupa pecahan. Contohnya,
jumlah anak, jumlah penduduk, usia, jumlah murid, jumlah sekolah, jumlah
propinsi, dan sebagainya.
c. Variabel
kontinum : variabel yang datanya terdapat dalam suatu kontinum karena diperoleh
dari proses mengukur. Misalnya, data variabel berat badan diperoleh dari hasil
pengukuran, misalnya 10 kg. hasil pengukuran tersebut pada dasarnya berada
dalam suatu kontinum, mungkin 9,98 kg atau 10,15 kg. data dari variabel
kontinum memungkinkan berbentuk pecahan, karena hasil pengukuran berada dalam
sebuah kontinum.
2. Berdasarkan
Kedudukannya
Menurut kedudukannya, variabel dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Variabel
bebas : yaitu variabel yang nilainya memengaruhi variabel lain dalam suatu
penelitian. Keberadaan variabel ini dalam penelitian merupakan variabel yang menjelaskan
terjadinya fokus atau topik penelitian.
b. Variabel
terikat : yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain dalam
suatu penelitian. Keberadaan variabel ini dalam penelitian adalah sebagai
variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian.
Misalnya, prestasi adalah variabel
terikat. Baik buruknya dipengaruhi oleh minat
membaca, dan sebagainya. Minat membaca adalah variabel bebas.
3. Berdasarkan
skalanya
Menurut skalanya, variabel dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu :
a.
Variabel Nominal : yaitu variabel yang tingkat skalanya
hanya memilah. Perbedaan nilai variabel tidak mempunyai makna apapun selain
untuk keperluan memberikan tanda atau label. Perbedaan nilai tidak mempunyai
sifat dapat diurutkan berdasarkan suatu nilai tertentu karena sifat skalanya
yang nominal. Misalnya, dalam suatu penelitian, variabel jenis kelamin diambil
datanya dengan memberikan skor 1 (satu) untuk responden laki-laki dan skor 0
(nol) untuk perempuan. Meskipun skornya lebih besar, tidak berarti bahwa
laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perempuan. Perbedaan skor
tersebut hanya untuk pemberian tanda semata.
b.
Variabel Ordinal : yaitu variabel yang peneraan skornya
dimaksudkan untuk mengurutkan berdasarkan nilai yang dimiliki objek dalam
variabel yang diukur. Oleh karenanya sebuah objek yang mempunyai skor lebih
tinggi dari yang lain dapat dikatakan memiliki nilai yang lebih daripada objek
lain dalam variabel yang diukur. Siswa yang memperoleh nilai 95 dalam tes
prestasi belajar lebih pandai dar pada siswa yang memperoleh nilai 80. Termasuk
dalam variabel yang mempunyai skala ordinal adalah kecerdasan, prestasi
belajar, kreativitas, kemampuan penyesuaian diri dan sebagainya.
c.
Variabel interval : yaitu variabel yang mempunyai skala
dengan interval yang sama. Oleh karena mempunyai interval yang sama maka
data-data dengan skala interval dapat dijumlahkan. Misalnya, data variabel
suhu. Sebuah benda dengan suhu 60oC bila ditambahkan 40oC
maka akan menjadi benda dengan suhu 100oC. Hal itu dapat dilakukan
karena suhu merupakan variabel dengan skala interval.
d.
Variabel Rasio : yaitu variabel yang mempunyai skala
tingkat tertinggi. Atau sama dengan skala interval, hanya dia mempunyai angka
Nol mutlak. Di dalam skala ini jarang digunakan pada penelitian di bidang
ilmu-ilmu sosial. Tetapi paling banyak terjadi dalam penelitian di bidang
ilmu-ilmu eksak. Nol mutlak artinya tidak punya sama sekali, kalau panjang besi
diukur dari Nol, artinya dimulai dari titik awal dari besi, karena titik
dianggap tidak punya panjang.
4. Berdasarkan
alat ukur pengumpulan datanya
Menurut alat ukur
pengumpulan datanya variabel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Variabel
faktual : yaitu variabel yang alat ukurnya tidak perlu dibakukan karena kesalahan
data bukan merupakan kesalahan alat ukurnya. Misalnya bila responden tidak
jujur mengisi data tentang variabel usia maka kesalahan tidak terletak pada
alat ukurnya. Termasuk dalam variabel faktual adalah agama, jenis kelamin,
usia, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, dan asal sekolah.
b. Variabel
konsep : yaitu, variabel yang alat ukur pengumpulan datanya harus terlebih
dahulu dibakukan sebelum digunakan untuk pengumpulan data. Hal itu disebabkan
karena ada kemungkinan kesalahan data disebabkan oleh alat ukur yang salah
konsep. Misalnya, data motivasi belajar dapat menjadi salah karena butir-butir
pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur apa yang semestinya diukur (tidak
valid) atau tidak memberikan hasil konsisten (tidak reliabel). Termasuk
variabel konsep yaitu prestasi belajar, minat belajar, dan sikap tehadap mata
pelajaran matematika.
C.
Jenis-Jenis
Variabel Penelitian
Ada
beberapa jenis variabel dalam penelitian, diantaranya yaitu :
- Variabel
Independen (variabel bebas), variabel ini sering disebut sebagai
variabel stimulus atau masukan, di lakukan oleh seseorang dalam
lingkungannya yang dapat mempengaruhi perilaku hasil. Variabel bebas
adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi, yaitu faktor – faktor
yang di ukur, dimanipulasi, atau oleh peneliti untuk menentukan hubungan
antara fenomena yang di observasi atau diamati. Jika seseorang peneliti
mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel untuk belajar (A)
dan prestasi belajarnya yang di capai oleh pembelajar (B), maka pertanyaan
atau masalah yang akan di ajukan” bagaimanakah prestasi belajar yang di
capai apabila waktu yang di pakai untuk belajar lebih banyak atau
sedikit?”. Berdasarkan rumus penelitian tersebut di atas, banyak atau
sedkitnya waktu belajar yang di pakai oleh pembelajar diidentifikasi
sebagai variabel terikat.variabel bebas ini merupakan suatu kondisi
yang mendahului, yaitu suatu keadaan yang di perlukan sebelum hasil yang
diinginkan terjadi.
- Variabel
Dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas. Makna variabel tergantung dalam
penelitian ini di mana variabel tersebut tergantung oleh satu atau
pun banyak variabel yang ada. Contohnya “prestasi hasil belajar”
variabel tergantungnya adalah “metode mengajar”, atau bisa juga “tingkat
kecerdasan”. Di samping itu, sesungguhnya masih banyak lagi variabel yang
dapat mempengaruhi “prestasi hasil belajar”.
- Extraneous
Variable, dimana variabel ini merupakan variabel tambahan yang
kadang-kadang perlu ditinjau ulang untuk menjelaskan dan memhami sesuatu
hubungan antara variabel yang sudah ada. Kadang-kadang variabel extraneous
ini ditambahkan oleh peneliti sebagai “teks faktor” untuk
membantu suatu analisis antara dua faktor lain (independent variable dan
dependent variable). Sebagai contoh, dalam analisis hubungan jumlah
nelayan dengan jumlah ikan yang ditangkap. Maka kebenaran hubungan ini
dapat diuji terhadap variabel extraneous seperti iklim, modernisasi
alat penangkapan yang digunakan nelayan, dan sebagainya.
- Veriabel
komponen, adalah variabel yang merupakan sub bagian atau komponen dari
variabel yang dimaksud dalam penelitian. Biasanya uraian penjelasan
variabel komponen tersebut menyangkut variabel independen. Misalnya,
banyak sedikitnya perceraian di kalangan petani di daerah tertentu pada
setiap musim panen, bukan disebabkan karena faktor “panen” itu seperti :
panen jenis hasil bumi tertentu atau ketepatan waktu panen, dan
seterusnya.
- Intervening
Variable, variabel ini merupakan variabel yang perlu memperoleh
perhatian, sebab dalam variabel ini ada unsur-unsur yang ikut campur
tangan dalam hubungannya dengan variabel yang sedang diteliti. Adanya
variabel “Intervening” akan dapat diduga bila dalam hubungan antara
variabel yang sedang diteliti tidak memperlihatkan pola yang sama pada
kesempatan atau lokasi yang berlainan. Misalnya, kerajinan murid dengan
prestasi hasil belajarnya, sedang variabel Interveningnya antara
lain kesehatan, keadaan rumah tangga siswa, beban keluarga siswa.
Kerajinan murid à Kesehatan Ã
prestasi belajarnya.
- Antecendent
Variable (Variabel Pendahulu), merupakan variabel yang mempunyai
kedudukan sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel independen.
Variabel ini merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel
independen. Jika variabel ini dihilangkan, hubungan antara variabel
independen dan dependen tidak hilang atau berubah.
- Suppresor
Variable (Variabel penekan), dalam hal ini kadang-kadang
hubungan antara variabel yang sedang diteliti ternyata tidak ada, atau
hubungannya lemah bukan karena memang demikian adanya tetapi disebabkan
karena sesuatu variabel yang melamahkan hubungan tersebut. Variabel yang
demikian itu dalam penelitian disebut variabel supresor. Variabel ini
penting dalam suatu tindakan analisis untuk menguji suatu hipotesis.
Sehingga hipotesis itu bisa ditolak atas dasar hubungan variabel yang
lemah, sedang bilamana variabel supresor itu diketemukan maka hubungan
yang dicari tersebut ternyata cukup kuat.
Misalnya,
dalam penelitian pembuktian bahwasannya IQ seseorang tidak tergantung pada
keturunan atau ras. Berbagai penelitian membuktikan ternyata hasilnya terjadi
sebaliknya. Yang menekan hubungan yang tidak ada sehingga menjadi ada
hubungan tak lain adalah faktor ekonomi dari pihak responden berbagai ras
keturunan yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, serta ethnosentrisitas
berbagai tes IQ yang diadakan.
Variabel
Kontrol, Adalah variabel yang dikendalikan sehingga pengaruh variabel
independent terhadap dependent tidak di pengaruhi oleh faktor luar yang tidak
di teliti. Variabel ini sering di gunakan peneliti bila akan melakukan
penelitian yang bersifat membandingkan.
Distorter
Variable (variabel pengganngu), merupakan variabel yang dapat mengubah arah
hubungan di antara dua variabel. Pada awalnya, variabel independen dan dependen
mempunyai hubungan yang positif, namun setelah dimasukkan variabel ketiga
(variabel pengganggu) hubungan kedua variabel tersebut menjadi negative.
D.
Jenis Variabel Berdasarkan Hubungannya
Sebagaimana yang telah disinggung pada
paparan di atas mengenai hubungan antara variabel independen dan dependen, dan
supaya peneliti lebih memahami mengenai makna hubungan tiap variable
penelitian, maka perlu untuk dijelaskan makna dari hubungan
variable dimaksud terutama dalam menguji ada tidaknya hubungan antar variabel
penelitian yang dimaksud. Hubunagn antar variabel tersebut memiliki berbagai
macam makna, diantaranya:
- Hubungan
Simetris
Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan
simetris, apabila variabel yang satu tidak disebabkan oleh variabel yang lain.
Contoh hubungan simetris adalah hubungan antara jumlah guru dengan jumlah
fasilitas belajar di sebuah sekolah. Variabel jumlah guru tidak memengaruhi
jumlah fasilitas belajar, demikian juga variabel jumlah fasilitas belajar juga
tidak memengaruhi jumlah guru di sebuah sekolah.
- Hubungan resiprokal
(hubungan timbal balik)
Hubungan ini merupakan suatu hubungan yang
tidak begitu jelas, di mana variabel yang independen (kausatif) dan mana
variabel yang dependen (efek). Misalnya, tidak jelas apakah variabel sikap
seorang guru kurang baik karena murid-murid kurang baik atau sebaliknya.
Dalam penelitian sosial
(pendidikan) kadang-kadang peneliti mengahdapi dua variabel yang susah untuk
segera dapat menentukan mana variabel yang independen dan mana yang variabel
dependen. Dalam hal ini dua variabel tersebut bersifat resiprokal (variabel
timbal balik).
- Hubungan variabel
Asimetris
Hubungan asimetris adalah hubungan di mana satu variabel mempengaruhi
variabel yang lain dan tidak dapat saling dipertukarkan. Ada enam tipe hubungan asimetris, yaitu:
a. Hubungan
antara stimulus dan respons.
b. Hubungan
antara disposisi dan respons.
c. Hubungan
antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku.
d. Hubungan
antara prekondisi dan akibat tertentu.
e. Hubungan
yang imanen.
f.
Hubungan antara tujuan dan cara.
Contoh hubungan Asimetris adalah hubungan antara
variabel jenis kelamin dengan prestasi belajar; hubungan antara variabel
tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan.
- Hubungan Asimetris Dua
Variabel
Inti dari analisis ilmiah
dalam penelitian adalah hubungan Asimetris, hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen. Kedua variabel ini dalam pembahasan berikut ini disebut
dengan variabel pokok. Hubungan antara jenis variabel tersebut merupakan titik
pangkal analisis dalam penelitian sosial, penelitian pendidikan, dan
sebagainya. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara dua variabel atau
lebih; dengan kata lain disebut hubungan dua variabel (bivariate), atau
bisa juga hubungan lebih dari dua variabel (multivariate) yakni satu
variabel dependen dan beberapa variabel independen.
Ada dua cara untuk menentukan kelas variabel
penelitian tersebut antara lain : Pertama, menjadi satu kelas variabel
independen yang utuh; Kedua : menganalisis satu persatu independen
variabel (X1,X2,X3,X4) yang selanjutnya dihubungkan dengan dependen variabel.
Begitu pula dengan hubungan bivariate terutama dalam penelitian sosial,
pendidikan jarang dijumpai hal-hal seperti itu dikarenakan ada variabel lain
yang lebih berpengaruh.
- Hubungan Asosiatif
Hubungan Asosiatif adalah hubungan antara dua variabel
yang tidak saling mengikat, tetapi lebih mengarah pada bentuk kerjasamanya.
Misalnya, hubungan antara dokter dan perawat dalam proses penyembuhan.